Hari ke-4, hasil cek laboratorium Bona kurang menyenangkan. Ia terdeteksi mengalami neonatal jaundice karena kadar bilirubin -nya tinggi yaitu 25.6 mg/DL dibandingkan angka normal yang berada pada kisaran 10 mg/DL.
Kuning pada bayi baru lahir (neonatal jaundice) adalah timbulnya warna kuning pada kulit dan jaringan tubuh lain pada bayi. Dari referensi yang kami baca, kuning terjadi jika kadar bilirubin lebih dari 5 miligram/dL. Sedangkan Bilirubin itu sendiri merupakan hasil penguraian sel darah merah. Kuning fisiologis terjadi karena bayi harus mengurai sel darah merah dari ibu. Ketika dalam kandungan, pasokan darah yang membawa zat gizi dan oksigen dikembalikan ke tubuh ibu. Setelah bayi dilahirkan, sel darah merah harus diurai sendiri. Bilirubin diolah di hati, kemudian dibuang lewat usus dan ginjal (bersama tinja dan air kemih).
Kadar bilirubin Bona perlu diwaspadai karena sudah meningkat menjadi lebih dari 12 mg/dL. Pada kondisi ini Bona perlu mendapatkan fototerapi. Yaitu penyinaran dengan sinar biru berpanjang gelombang 420-448 nanometer untuk mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin.
Selidik punya selidik, dari pemeriksaan dengan dokter spesialis anak pasca pemeriksaan laboratorium, Neonatal Jaundice yang terjadi pada Bona berawal dari kurangnya asupan asi yang masuk ke dalam tubuh akibat tongue tie yang dideritanya.
Tongue tie adalah gangguan frenulum (jaringan ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung lidah bagian bawah/tali lidah). Dalam bahasa kedokteran disebut dengan ankyloglossia. Tongue tie ini merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh frenulum (pengikat lidah) pendek. Hal ini menyebabkan mobilitas lidah terbatas sehingga pada saat proses menyusui berlangsung, Bona kerap mengerakkan lidahnya dengan gerakan peristaltik dari depan ke belakang menyentuh palatum atau langit-langit. Ujung-ujungnya, ASI kerap keluar dari mulut dan bukannya masuk tertelan ke dalam tubuhnya.
Untuk mengatasinya, dokter memutuskan untuk mengambil tindakan frenotomi. Tindakan frenotomi yaitu pengirisan frenulum. Tindakan ini lebih ringan dari tindakan menindik telinga, memakan waktu kira-kira 1 detik dan segera setelah frenotomi selesai dilakukan, Bona langsung bisa disusui kembali oleh ibunya. Ternyata ada perbedaan yang sangat signifikan setelah dilakukan frenotomi, ia menjadi makin lahap saat menyusui, dan nyeri ibunya pada saat menyusui jauh berkurang kareno posisi perlekatan puting dan mulut bayi makin sempurna dan produksi asi yang dihasilkan juga makin banyak seiring dengan rasa nyeri yang semakin menghilang.
Namun demikian, Bona tetap perlu menjalani fototerapi selama 24 jam sebagai tindakan perawatan untuk kadar bilirubinnya yang sudah terlanjur tinggi. Bersyukur hingga tulisan ini selesai ditulis, Bona sudah dalam keadaan stabil dan tinggal menunggu masa recovery saja.